Mantan panglima militer Sri Lanka yang dibebaskan, Sarath Fonseka, mengatakan kepada media di sini pada hari Kamis bahwa dia akan berkampanye untuk memotong kekuasaan Kepresidenan Eksekutif.

Dia akan membuat Presiden Eksekutif Sri Lanka bertanggung jawab kepada parlemen negara tersebut. Saat ini, Sri Lanka memiliki bentuk pemerintahan presidensial dengan presiden eksekutif yang dipilih langsung dan memiliki kekuasaan yang sangat besar. Kekuasaan parlemen terbatas pada mengesahkan undang-undang dan menyetujui anggaran nasional.

“Di bawah sistem yang berlaku saat ini, presiden bisa memenjarakan siapapun yang dia takuti. Dengan bantuan jaksa agung, dakwaan dapat dibuat dan pria tersebut dapat dimasukkan ke balik jeruji besi. Ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut,” kata Fonseka.

Pada konferensi pers pertamanya setelah dibebaskan dari penjara, Fonseka mengatakan dia akan mengabdikan dirinya untuk tugas menyatukan partai-partai oposisi melawan Rajapaksa. “Setelah rezim digulingkan melalui pemilu, pemerintahan baru akan membersihkan negara dari budaya korupsi,” katanya.

Ketika ditanya bagaimana ia akan melakukan semua ini ketika, sebagai terpidana, ia dilarang berpartisipasi dalam pemilu selama tujuh tahun berikutnya, Fonseka mengatakan ia berharap agar larangan tersebut dicabut lebih cepat dari itu.

“Saat saya di penjara, saya tidak menyangka akan keluar selama 30 tahun. Tapi saya keluar dalam dua setengah tahun. Begitu pula dalam waktu kurang dari tujuh tahun saya sudah bisa mendapatkan hak berkompetisi,” ujarnya.

Ketika ditanya apakah ada kemungkinan dia bekerja sama dengan Rajapaksa, yang masih menjalani keringanan hukuman dan membebaskannya, Fonseka mengatakan tidak mungkin bekerja sama dengan Rajapaksa.

“Saya bekerja erat dengannya sebagai panglima militer selama perang. Saya menemukan bahwa korupsi ada dalam gennya. Hal lain yang saya temukan adalah dia tidak bisa dipercaya untuk menepati janjinya,” kata mantan jenderal itu.

Soal politik luar negeri, Fonseka mengatakan sangat penting bagi SL untuk bersahabat dengan India. Lanka juga harus menjaga hubungan baik dengan negara-negara Barat dan Tiongkok, tambahnya. “Sri Lanka harus non-blok tapi tidak isolasionis. Dari Barat kita bisa belajar bagaimana mengatur diri kita sendiri secara demokratis. Kita juga harus menerapkan semua konvensi hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional yang telah kita tandatangani,” katanya.

Mengenai masalah Tamil, Fonseka mengatakan pemerintah harus mendorong orang Tamil, Sinhala, Muslim dan lainnya untuk berkomunikasi dan berbisnis satu sama lain.

online casinos