Pakistan bisa melancarkan serangan nuklir ke India dalam delapan detik, kata seorang jenderal militer di Islamabad pada tahun 2001, demikian Guardian melaporkan pada hari Jumat.

Peringatan tersebut dijelaskan dalam volume terbaru buku harian mantan direktur komunikasi Inggris Alastair Campbell, The Burden of Power.

Jenderal tersebut meminta direktur komunikasi Perdana Menteri Tony Blair untuk mengingatkan India tentang kemampuan nuklir Pakistan di tengah kekhawatiran di Islamabad bahwa Delhi “bertekad untuk menghancurkannya”.

Inggris menjadi sangat khawatir dengan ancaman Pakistan sehingga penasihat senior kebijakan luar negeri Blair, David Manning, kemudian memperingatkan di sebuah surat kabar bahwa Pakistan siap untuk “menjadi nuklir”, kata Guardian.

Catatan harian ini dimulai pada hari terjadinya serangan 9/11 dan diakhiri dengan keputusan Campbell untuk mundur pada Agustus 2003 setelah perang di Irak.

Peringatan nuklir tersebut disampaikan saat Blair berkunjung ke anak benua India setelah serangan 9/11 pada tahun 2001.

Campbell diberitahu tentang ancaman delapan detik saat makan malam di Islamabad, 5 Oktober 2001, yang dipandu oleh Pervez Musharraf, presiden Pakistan saat itu.

Campbell menulis: “Saat makan malam, saya berada di antara dua jenderal bintang lima yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membuat daftar kekejaman yang mereka anggap bertanggung jawab terhadap orang India, membunuh rakyat mereka sendiri dan mencoba menyalahkan ‘pejuang kemerdekaan’.

“Mereka cukup yakin bahwa suatu hari akan terjadi perang nuklir karena India, meskipun populasinya besar dan tujuh kali lebih besar, tidak stabil dan bertekad untuk memusnahkan mereka.

“Ketika tiba waktunya untuk berangkat, salah satu jenderal yang lebih bersemangat meminta saya untuk mengingatkan orang-orang India, ‘Kita memerlukan waktu delapan detik untuk melepaskan misil-misilnya,’ lalu melontarkan senyuman lebar.”

Blair mengunjungi Pakistan kurang dari sebulan setelah serangan 9/11 ketika Inggris dan Amerika berusaha menggalang dukungan di Islamabad menjelang pemboman Afghanistan, yang dimulai pada 7 Oktober 2001.

Toto HK