Duta Besar AS untuk Libya, J. Christopher Stevens, dan tiga stafnya tewas ketika massa bersenjata yang tampaknya marah karena film Amerika yang kritis terhadap Islam menyerang konsulat AS di Benghazi.
Mengkonfirmasi empat kematian dalam serangan di kota timur pada Selasa malam, Presiden Barack Obama mengatakan pada hari Rabu bahwa ia mengutuk keras pembunuhan tersebut dan memerintahkan peningkatan keamanan di pos-pos diplomatik AS di seluruh dunia.
Obama memuji Stevens, yang juga menjabat sebagai utusan gerakan Libya yang tahun lalu menggulingkan Muammar Gaddafi, yang berbasis di ibu kota pemberontak Benghazi, karena “mendukung transisi Libya menuju demokrasi”.
Seorang yang bisa berbahasa Arab dan Perancis, ia adalah salah satu diplomat AS pertama yang dikirim ke Libya pada tahun 2007 ketika AS melanjutkan hubungan dengan rezim Gaddafi. Dia diangkat menjadi duta besar pada bulan Mei.
Film ofensif tersebut, yang mengejek Nabi Muhammad, juga menyebabkan serangan serupa terhadap kedutaan AS di Kairo, menurut beberapa laporan media.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengutuk serangan itu “dengan keras”. Dia mengatakan dia menelepon Presiden Libya Mohamed Yusuf al-Magariaf “untuk mengoordinasikan dukungan tambahan untuk melindungi warga Amerika di Libya”.
Clinton mengidentifikasi korban kedua sebagai Sean Smith, seorang pejabat manajemen informasi Dinas Luar Negeri yang merupakan veteran 10 tahun di Departemen Luar Negeri, seorang suami dan ayah dari dua anak. Dua korban lainnya belum disebutkan namanya.
Wakil Menteri Dalam Negeri Libya Wanis al-Sharif mengatakan “kerumunan yang marah” berbaris di kamp Amerika pada hari Selasa, marah karena film online buatan Amerika yang dianggap menyinggung umat Islam, CNN melaporkan.
Personel keamanan konsulat melepaskan tembakan setelah mendengar suara tembakan di luar misi, kata al-Sharif.
“Hal ini menimbulkan lebih banyak kemarahan dan saat itulah konsulat diserbu,” katanya, mengisyaratkan bahwa orang-orang yang setia kepada Gaddafi bertujuan untuk menciptakan kekacauan di antara para pengunjuk rasa.
“Penjahat berhasil masuk dan mereka membakar serta menjarah konsulat,” katanya.
Misi AS rusak parah dan dijarah pada hari Rabu, kata CNN, mengutip seorang kontraktor yang bekerja di misi tersebut. Dia mengatakan dia melihat mayat keempat orang Amerika itu di jalan pada Rabu pagi.
Terakhir kali seorang duta besar AS dibunuh oleh teroris adalah pada tahun 1979, ketika utusan untuk Afghanistan, Adolph Dubs, diculik dan dibunuh dalam upaya untuk menyelamatkannya, menurut catatan Departemen Luar Negeri, kata CNN.
“Saya mengutuk tindakan pengecut yang menyerang konsulat Amerika dan pembunuhan Mr. Stevens dan diplomat lainnya,” kata Wakil Perdana Menteri Libya Mustafa Abushagur di akun Twitter-nya seperti dikutip CBS News.